Senin, 20 Maret 2017

PERGILAH CINTA



Dipegang tangan saja saya ngeri ...saya langsung marah dan merasa jijik !
-------------------------------------------------------------------------------------------------
Di perjumpaan berikutnya, koko SK (di kantor proyek saya tetap panggil dia Bapak...he he he), menyatakan keheranannya: saya bisa langsung marah hanya karena dipegang tangannya, saat berjalan di atas trotoar. Dia katakan saya miskin emosi.
Selama beberapa bulan bareng, dia tidak pernah melihat adanya sentuhan / kontak fisik / kemesraan dalam keluarga saya, baik sebagai orang tua – anak ataupun antara saudara kandung.
Tidak ada rangkulan, pelukan, kecupan… cium pipi (pipi ketemu pipi) pun tidak.
Hal ini sangat berbeda dengan keluarganya. Saat bertemu, mereka akan saling berangkulan, berpelukan, menepuk-nepuk punggung dan cipiki cipiki (cium pipi kiri – cium pipi kanan). Dengan keponakannya yang sudah beranjak dewasa pun, keponakannya tetap welcome untuk dirangkul dan ditepuk-tepuk punggungnya.
Saya hanya memberi ekspresi heran.
Dia menjawab, “Kalau ga percaya, ayo kita ke wartel (singkatan dari warung telekomunikasi, semacam kumpulan telepon umum untuk interlokal atau SLJJ, karena tahun 1990an handphone masih barang langka) kita telepon kakak. Silakan tanya langsung, apakah saya mengada-ngada atau tidak?”
Hm …. buat apa? Bukankah setiap keluarga punya gaya-nya sendiri-sendiri?
Lagi pula, dia tidak perlu tahu apa yang sebenarnya membuat saya marah - tidak mau digandeng.
Lalu dia menambahkan, “Saya kemarin telepon kakak dan Mamak. (tidak 2 bulan sekali tuh). Mereka ingatkan Juni tahun ini saya sudah 30 tahun. Dari 4 bersaudara, tinggal saya yang belum menikah. (adik laki-lakinya sudah punya 2 anak, 1 anak sudah sekolah). Papa juga sudah tua dan sakit-sakitan. Mereka usul untuk datang ke Bandung, berkenalan dengan keluargamu, kemudian lamaran ….  Gimana? ”
Saya langsung bingung…. koq tidak merasa berbunga-bunga, ya?
Menikah koq seperti orang kejar tayang, baru kenalan September tahun lalu (1995), saya baru mau diwisuda bulan Mei (1996) ….terus langsung lamaran. Hadeuh...Cepat amat?
Pasti mami papi kecewa, anak sulungnya bukan bantuin biaya kuliah adik-adiknya....eh malah nikah muda. 
Selanjutnya pasti dikejar untuk memberi cucu….. berarti harus "hubungan suami istri" dong, padahal dipegang tangan saja saya ngeri.  Ga perlu lama ... saya langsung marah dan merasa jijik !
Semua kejadian - kejadian buruk, yang sudah terjadi beberapa tahun lalu, saat saya SMP terbayang lagi. Kejadian di rumah pinggir kali, tetangga depan rumah, si pemuda mesum, cabul, amoral, ga tahu malu....bla bla bla.
Sekarang....di depan saya, ada lelaki yang bakal begitu lagi? TIDAAAAK....
Saya pun segera mengusir Pak SK.
Dia terbingung-bingung dan protes diusir, salahnya apa? La wong ngomong baik-baik, sopan, serius lho ini....tapi saya tetap marah dan tidak peduli.
Saat dia melewati pintu, saya segera menutup dan menguncinya dari dalam.
Dia hanya terdiam …. lalu pergi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar