Cerita ini merupakan
lanjutan dari cerita Pacaran Beda Dunia.
Beberapa hari sesudah saya
menyatakan “Berteman saja, ya”, Pak SK tidak terlihat di proyek tempat saya
bekerja, juga tidak muncul di kantor proyek. Hm... mungkin ada proyek lain yang saat
ini perlu perhatian khusus. Bisa juga lagi banyak urusan di kantor proyeknya
(beda bangunan) sehingga tidak mampir kemari. Semoga dia tidak sedang ngambek ... jangan-jangan tidak bisa
terima kenyataan ada karyawati baru yang “berani” sama dia. Dalam hal ini, saya
tidak cerita apapun ke teman-teman di proyek. Yang penting, sekarang saya merasa
... merdeka
Saat saya sedang di meja kerja, di
kantor proyek saat itu hanya sedikit orang, karena banyak staf sedang pergi ke lapangan
(proyek). Lalu datanglah Pak Min. Dia asisten Pak SK yang setiap hari stand by di proyek ini. Mereka tinggal
bersama di mess (rumah untuk karyawan).
Sesudah basa-basi, Pak Min berkata :
Pak SK itu orang baik lho, Bu. Saya kan sudah lama
tinggal dan kerja bareng Pak SK. Jarang ada atasan seperti dia. Kenapa
diputusin ... kasihan.”
Lho ... koq Pak Min tahu? Sudah
kepalang basah, saya jelaskan kondisinya. Terlalu banyak perbedaan dan saya kesulitan
untuk menerima hal-hal tersebut !
( cerita lengkapnya ada di www.ayamrajawali.blogspot.co.id/2017/03/pacaran-beda-dunia.html
Lalu Pak Min bercerita : “Maaf ya Bu... Bukannya mau ikut campur, tetapi
saya sangat mengenal Pak SK. Dia memang suka ke diskotik, bareng saya. Dia juga
suka merokok, bareng saya. Tetapi sejak dia kenal
Ibu, dia tidak pernah ke diskotik lagi. Merokok pun sudah jarang, karena dia
tahu Ibu tidak suka bau rokok. Dia bilang, sekarang mau berhemat, buat biaya
nikah.”
Saya hanya terdiam.
Lalu Pak Min melanjutkan: “Kemarin, dia ngajak saya pergi ke diskotik lagi ... katanya stress diputusin. Padahal dulu Pak SK pernah dekat dengan peragawati, pernah juga dengan
pramugari. Mereka cantik-cantik, seksi, anak gaul, tetapi Pak SK tidak terpikir
untuk menikah. Senangnya lajang terus. Makanya saya heran betul Pak SK bisa suka
sama Ibu yang jelas-jelas beda tipe dari perempuan yang dulu-dulu. Malah
sekarang kepikiran mau nikah.”
Saya tertegun ... agak tidak enak
juga dibandingkan dengan pramugari ataupun peragawati. Tinggi badan saya hanya
157 cm, badan kurus lurus jauh dari seksi, jelas-jelas tidak modis (namanya baju
layak pakai... itu sebagian besar karena model baju wanita cepat berubah atau warnanya sudah tidak cerah lagi, bukan?)
Wajah pun hanya diberi bedak, tanpa makeup lain, dilengkapi kaca mata minus
yang tebal.
Pak Min menjelaskan: “Pak SK pernah bilang ke saya, Ia merasa tenang saat bareng
Ibu, polos (naif), senang tersenyum, kelakuannya tidak neko-neko. (itu bahasa jawa yang mungkin berarti macam-macam).
Pak SK optimis bisa membangun rumah tangga yang
tenang, damai bareng Ibu.... Saya yakin, kalau Ibu kasih kesempatan lagi, Pak SK akan berusaha lebih keras untuk membuat Ibu
senang.“
Kemudian Pak Min pamit dan berpesan
supaya Pak SK tidak perlu tahu percakapan ini karena ini 100% inisiatifnya.
Hmm ... saya jadi bengong.
Bukankah
setiap orang punya masa lalu dan itu tidak bisa diubah?
Bukankah setiap orang pernah melakukan hal-hal bodoh yang kemungkinan disesali di kemudian hari?
Tetapi kuncinya ...masa sekarang dan masa depan
bergantung dengan apa yang kita putuskan dan lakukan hari ini.
Apakah salah jika memberi
kesempatan kedua, sambil melihat seberapa serius dia bisa berubah?
Entahlah ....
cerita berlanjut ke http://ayamrajawali.blogspot.co.id/2017/03/antara-single-dan-double.html
Entahlah ....
cerita berlanjut ke http://ayamrajawali.blogspot.co.id/2017/03/antara-single-dan-double.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar