Sejak kejadian pengusiran, Pak SK “menghilang”.
( cerita selengkapnya ada di www.ayamrajawali.blogspot.co.id/2017/03/pergilah-cintaku.html)
Dia tidak datang ke kantor proyek, apalagi ke rumah.
Eh … koq saya merasa ada yang hilang, ya?
Biasanya bertemu 2-3 hari sekali … sampai mami aja bosen lihat dia lagi
dia lagi.
Saat
itu (1996), handphone masih langka … belum ada SMS / WhatsApp /
Line dan sejenisnya.
Mau
bertanya ke Pak Min (teman kerja yang juga teman 1 mess-nya Pak SK)… segan juga.
Bisa
jadi, Pak SK sudah bercerita kepada Pak Min kalau saya telah mengusirnya
beberapa hari yang lalu.
Akhirnya,
saya kirimkan pesan ke pager-nya,
“Sedang sakit, Pak?”
Malamnya,
Pak SK datang ke rumah.
Sesudah
basa-basi seadanya, dia berkata, “Beberapa hari
ini, saya banyak merenung, menerka-nerka alasan kamu marah. Saat pertama kali
ketemu kamu di kantor, saya melihat anak baru lulus kuliah (belum
wisuda), masih muda, dengan kaca mata tebal dan
bulat, baju yang ketinggalan jaman, tetapi selalu tersenyum. Kesannya happy
terus, makanya saya tertarik.”
Saya terdiam.
Lalu dia melanjutkan, “Sesudah kenal lebih jauh, hidup kamu ternyata berat, susah, lebih
miskin (dari keluarganya). Saya melihat diri
kakak perempuan saya ada padamu. Kuliah saya, dia yang biayai. Sama-sama hidup hemat,
rajin menabung, peduli pada keluarga dan orang tua. Selama ini, saya hidup nyaman
sendirian. Dapat mobil inventaris kantor, mess (rumah karyawan yang
disediakan kantor) …. Saya menikmati hidup,
sedangkan kamu tidak!”
Saya tetap terdiam.
Dia berkata lagi, “Saya
ini laki-laki, dari segi umur jauh lebih tua, tapi tidak berpikir seperti itu… tidak
menabung, tidak ada keinginan punya rumah… Ga mau pusing dengan masa depan.
Sekarang saya hampir 30 tahun dan tidak punya apa-apa. Bodohnya!”
Saya
berkata dalam hati … parah … MaDeSu (masa
depan suram) tuh.
Dia meneruskan lagi, “Kemarin saya sudah menghadap atasan, minta penyesuaian
gaji karena sebentar lagi mau berumah tangga. Gaji yang sekarang sih cukup
untuk membiayai anak-istri, tetapi kurang besar untuk mencicil rumah…. Jadi, karena
gaji di perusahaan ini sudah standarnya segitu, Atasan menawarkan untuk pindah
kerja ke perusahaan lain (milik kenalan baiknya) di Jakarta. Tanggal 8 April (1996) ini, saya sudah mulai kerja di sana …. Maaf, kamu baru
tahu sekarang...dari kemarin-kemarin mau saya sampaikan ....tapi kamu ngambek, marah melulu!”
Saya
menatapnya … ada rasa penyesalan campur sedih.
Terakhir
dia berkata, “Seharusnya saya kenal kamu dari dulu,
supaya cepat sadar, punya tujuan hidup. Sekarang biarpun sudah terlambat, saya
akan kumpulkan uang untuk keluarga saya datang ke (pulau) Jawa (tepatnya Bandung) bisa melamar
tahun ini. Kemudian kita akan punya rumah!”
Sesudah itu,
kami ngobrol-ngobrol sebentar, mendengarkan rencana-rencananya saat di Jakarta
nanti : akan tinggal di rumah susun Pulo Mas – bareng teman sewaktu kuliah di
Yogya dulu, akan
dapat mobil inventaris dari perusahaan barunya (belum tahu mobil apa), akan
datang ke Bandung setiap hari Sabtu kalau tidak ada lembur di weekend, akan menemani saya di acara
wisuda bulan Mei nanti … bla bla bla.
Suasana menjadi sendu…. ada kebersamaan yang akan berlalu… perasaan kehilangan
mulai muncul.
Sebentar lagi,
kita tidak akan bertemu di tempat kerja, tidak bisa makan siang dan pulang
bareng lagi, tidak bisa ngobrol-ngobrol sampai malam (mami hanya bolehin sampai jam 9 sih).
Hiks hiks.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar