Minggu, 22 Januari 2017

PERPULUHAN SAAT KESESAKAN




Sejak menikah di November 1997, kami selalu menyewa rumah.
Ketika kami sama-sama bekerja mulai September 2000, muncul impian untuk punya rumah sendiri. Ternyata, kenaikan tabungan kami sejalan dengan kenaikan harga rumah. Saat uang muka terkumpul, harga rumahnya sudah naik dan uang mukanya ikut naik! Hal itu terus terjadi, dan kami terpaksa memperpanjang sewa rumah tahun demi tahun.

Akhir 2002, saya berkata kepada suami, “Saya bosan ngontrak terus! Rumah kecil pun saya mau. Luas tanah 60 m2 pun OK! Rumah bekas pun ga masalah!” Ternyata, tidak mudah juga karena kami tidak bisa sepakat. Lalu suami menanyakan rumah yang sudah kami sewa 5 tahun ini. Sudah bocor di sana-sini, banyak rayap, dan jalanan depan rumah sering banjir. Saat hujan turun, semua ember, gelas plastic, mangkok, baskom, gayung, tersebar di seluruh bagian rumah. Di “ruang tamu dan ruang makan” tidak masalah karena hanya ruangan kosong, tetapi di ruang tidur, wadah-wadah itu di atas kasur membuat tidur terganggu.

Ternyata, pemilik rumah mensyaratkan uang penjualan rumahnya harus cukup untuk membeli rumah baru dan masih ada sisa uang untuk pensiun! Permintaan yang menjengkelkan!! Saat melihat ada spanduk besar dari developer, perihal ada cluster baru dibuka, uang muka bisa dicicil 8 kali, kami langsung datang ke Kantor Pemasaran, memilih unit paling kecil (tipe 50/102) dan membayar uang tanda jadi.
Sesampainya di rumah, baru mulai menghitung dan membuat rencana pembiayaan. Untuk uang muka ke-6 dan 7, perlu pinjam kantor, uang muka ke-8 pinjam orang tua, untuk biaya KPR dan notaries pinjam lagi ke…  siapa, ya?
Malam itu kami sadar, betapa banyaknya hutang yang akan kami punya!!  Apakah dibatalkan saja?

Keesokan harinya, sales developer menelepon. Dia ternyata salah memberi informasi. Program uang muka dicicil 8 kali hanya berlaku s.d. akhir Februari 2003. Kami seharusnya uang muka cicil 6 kali. Kami katakan tidak sanggup! Sesudah dia berdiskusi dengan atasannya, kami dibolehkan ikut program bulan lalu. Tanggal tanda jadi yang tadinya awal Maret diganti menjadi 28 Februari. Tuhan sudah buka jalan!

Meskipun mencicil 8 x uang muka ini berat, kami sepakat untuk tetap membayar perpuluhan. Puji Tuhan, akhirnya semua biaya tercukupi bahkan ada uang lebih untuk renovasi halaman belakang.

Juni 2004, kami pindah ke rumah tersebut, cluster baru di ujung perumahan. Jauh dari jalan raya, pasar, ataupun pusat keramaian. Karena sekeliling masih berupa lahan yang ditumbuhi tanaman liar, juga rawa-rawa, ada banyak serangga. Saat musim hama, puluhan bahkan ratusan kutu berbentuk ½ bola masuk ke dalam rumah. Kami menjalaninya tahun demi tahun.

Beberapa tahun kemudian, cluster ini diperluas dan diberi pintu gerbang kedua, langsung ke jalan baru Harapan Indah sector 2. Cluster-cluster lain pun dibangun. Cluster saya yang semula terpencil, sekarang menjadi strategis dan harga jualnya naik cepat karena punya 2 akses, ke perumahan lama dan ke sektor baru.

Tuhan Allah yang maha tahu, yang dapat melihat jauh ke depan, telah menyediakan yang terbaik pada waktu-NYA. Sabar dan percaya saja!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar