Rumah kami di Harapan Indah - Bekasi Barat sudah 2 kali disewakan dan 2 kali pula
dittinggalkan oleh penyewa sebelum masa sewa habis.
Karena itu, kami sepakat untuk memperbaiki dan kemudian menjualnya.
Karena itu, kami sepakat untuk memperbaiki dan kemudian menjualnya.
13 November 2015 pagi, kami pasang spanduk “DIJUAL” di pagar rumah
tersebut.
Dengan kondisi ekonomi global yang saat ini kurang baik dan
menjual “tanpa perantara”, kami siap mental bahwa menjual rumah perlu waktu
lama, seperti rumah-rumah lain yang dijual di sekitar kami, bahkan ada yang
sudah dipasarkan lebih dari 2 tahun.
Malam harinya, saat hujan turun deras, seorang Bapak menelepon.
Dia sudah ada di depan rumah itu dan mau melihat bagian dalam
rumah.
Sebenarnya malam itu dia akan membayar uang tanda jadi rumah yang
lain, tetapi entah mengapa, “calon penjual” tersebut tidak dapat ditemui dan
tidak bisa dihubungi.
Sambil menunggu pertemuan dengan “calon penjual”, Bapak ini
keliling-keliling kompleks untuk mencari rumah kontrakan karena rumah yang akan
dibelinya perlu direnovasi.
Saat dia melewati rumah kami, dia tertarik untuk membandingkan dengan rumah yang malam itu mau di-tanda jadi.
Saat dia melewati rumah kami, dia tertarik untuk membandingkan dengan rumah yang malam itu mau di-tanda jadi.
Setelah dia berlama-lama di rumah kami, ia mengajukan penawaran Rp 950 juta dari
harga jual Rp 1.1 M.
Wow ... langsung ada penawaran dari penelepon / peminat pertama.
Sebelum tidur, saya teringat seorang Hamba Tuhan dan
berdoa: “Tuhan, saya tahu bahwa saat ini Hamba Tuhan ini sedang dalam pergumulan,
tetapi saya tidak mau menjual rumah murah-murah. Tangan Tuhan tidak kurang
panjang untuk memberkati dia. Jika saya belum bisa memberkati Hamba Tuhan ini
karena masih perlu waktu untuk menjual rumah ini, Tuhan pasti sanggup memakai orang
lain untuk memberkati dia tepat waktu.”
Keesokan siangnya, peminat pertama dan satu-satunya itu datang
kembali.
Ia menaikan penawaran harga menjadi Rp 1,0 M dan berani membayar uang tanda jadi Rp 350 juta paling lambat 16 November 2015 pagi.
Rumah itu pun terjual hanya dalam + 30 jam. Wow, Puji Tuhan!
Ia menaikan penawaran harga menjadi Rp 1,0 M dan berani membayar uang tanda jadi Rp 350 juta paling lambat 16 November 2015 pagi.
Rumah itu pun terjual hanya dalam + 30 jam. Wow, Puji Tuhan!
Setelah menerima uang tanda jadi, kami segera transfer ke Hamba Tuhan yang muncul dalam pikiran sebelum saya doa tidur.
Tidak lama Beliau datang menemui kami dan inilah kesaksiannya,
“Bulan ini pergumulan kami sangat berat. Kami belum bayar PLN, PAM, Iuran Lingkungan, uang sekolah dua anak kami, dan uang pangkal masuk universitas anak sulung yang harus dibayar paling lambat akhir bulan ini. Kami sudah berdoa dan berpuasa berhari-hari. Malah beberapa Hamba Tuhan lain datang meminta bantuan untuk biaya melahirkan dan kebutuhan mendesak lainnya. Ternyata Tuhan telah menyediakan berkat besar untuk kami.”
Tidak lama Beliau datang menemui kami dan inilah kesaksiannya,
“Bulan ini pergumulan kami sangat berat. Kami belum bayar PLN, PAM, Iuran Lingkungan, uang sekolah dua anak kami, dan uang pangkal masuk universitas anak sulung yang harus dibayar paling lambat akhir bulan ini. Kami sudah berdoa dan berpuasa berhari-hari. Malah beberapa Hamba Tuhan lain datang meminta bantuan untuk biaya melahirkan dan kebutuhan mendesak lainnya. Ternyata Tuhan telah menyediakan berkat besar untuk kami.”
Oh ... ternyata rumah kami terjual begitu cepat untuk menjawab pergumulan Hamba Tuhan ini. Kami diberkati karena orang lain yang berseru kepada Tuhan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar