Minggu, 22 Januari 2017

ANAK LAHIR SUNGSANG



Kami  menikah November 1997 dan tinggal di Rumah Susun Pulo Mas.
Ketika saya positif hamil, kami sepakat untuk pindah kost ke Radio Dalam.
Saat kehamilan masuk bulan keenam, Ibu kost meminta kami pindah dari situ.
Setelah mencari ke beberapa perumahan di pinggiran Jakarta, kami mendapatkan rumah dengan biaya sewa terjangkau dan bisa disewa 1 tahunan.

Kami hidup sederhana, kegiatan makan pun duduk di lantai dengan koran bekas sebagai “pengganti meja”. Selama suami bekerja, saya tinggal sendiri di rumah dan mengerjakan semua kegiatan rumah tangga, termasuk mencuci tanpa mesin cuci.

Saat ke dokter kandungan, dipastikan bahwa posisi bayi terjepit panggul dan harus dilahirkan lewat operasi caesar pada bulan Oktober. Untuk itu, suami sudah siap-siap mengajukan pinjaman uang ke kantor. Kadang kami cemas, bagaimana jika melahirkan lebih awal dari perkiraan dokter, saat saya sendirian di rumah, tidak ada handphone, harus pergi ke Wartel atau ke Rumah Sakit sendiri.

04 September, jam 4 pagi, saya sakit perut dan sekitar 30 menit kemudian kami berdua pergi ke Rumah Sakit. Sesampainya di sana, suster menegur “kenapa baru datang sekarang? Ini sudah bukaan 6. bayi sudah di pintu lahir.  Sudah tidak cukup waktu untuk siapkan ruang operasi dan anestesi!” Karena bayi premature, ukuran masih kecil, dokter putuskan proses lahiran secara “normal” dengan bokong keluar duluan, bukan kepala meskipun ada ke kuatiran kaki / tangan bayi tersangkut dan mempersulit kelahiran.
Puji Tuhan, semua berjalan lancar!

Mujizat berikutnya: Anak kami yang beratnya hanya 2.40 kg dinyatakan sehat, boleh pulang bersama ibunya, tidak perlu perawatan khusus bayi premature. Puji Tuhan, jadi tidak perlu berhutang banyak ke perusahaan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar